Akuakultur merupakan salah satu industri bisnis besar di dunia dengan produksi kira-kira sebesar 550.000 ton per tahunnya. Beberapa negara-negara yang merupakan produsen terbesar akuakultur di dunia adalah China, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia. Tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia pada tahun 2002- 2003 mengalami peningkatan dari 21,57 kg/tahun menjadi 24, 67 kg/tahun. Peningkatan konsumsi ikan ini berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan masyarakat akan ikan dan sektor perikanan budidaya. Organisasi pangan FAO (2006) menyatakan bahwa sejak tahun 1970 tingkat pertumbuhan rata-rata sektor perikanan budidaya per tahunnya memiliki nilai sebesar 9,2%. Nilai ini lebih tinggi daripada nilai pertumbuhan rata-rata sektor perikanan tangkap dan peternakan yang masing-masing hanya hanya 1,4 % dan 2,8 %[1].
Berkembangnya industri perikanan budidaya mengakibatkan kebutuhan bahan baku pakan impor juga mengalami peningkatan. Hingga saat ini penggunaan tepung ikan yang merupakan bagian drainase 28-50% dari formulasi pakan sebagian besar masih bergantung terhadap impor dari negara-negara seperti Chile dan Peru. Hal ini mengakibatkan harga pakan menjadi mahal.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang ada. Syarat bahan baku lokal yang dapat digunakan sebagai bahan pakan yaitu bahan tersebut harus mudah ditemukan, keberadaannya tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, dan mengandung komposisi nutrisi yang memadai seperti protein yang berfungsi sebagai pembentuk jaringan tubuh yang baru, pengganti sel yang rusak, dan sumber energi. Komponen protein menduduki komponen utama dalam penyusunan formulasi pakan. Kualitas protein dalam pakan ditentukan oleh kandungan azam amino esensial di dalamnya seperti metionin, lisin, fenilalianin, arginin, histidin, valin, triptophan, dan lain-lain.
Komponen penyusun utama kedua adalah lemak. Ikan memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan nutrisi dari protein dan lemak dibandingkan karbohidrat. Lemak pada pakan berfungsi sebagai sumber energi yang membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak serta mempertahankan daya apung pakan. Selain itu, gejala defisiensi atau kekurangan lemak pada ikan dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Komponen ketiga adalah karbohidrat. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi pada ikan walaupun kemampuan ikan dalam mencerna karbohidrat lebih rendah daripada ikan air tawar. Ikan air laut dan air tawar memiliki kemampuan yang berbeda dalam mencerna karbohidrat. Ikan air tawar mampu mencerna karbohidrat diatas 20% sementara ikan air laut hanya mampu mencerna 20% karbohidrat.
Komponen terakhir yang juga dibutuhkan ikan dalam porsi yang kecil adalah vitamin dan mineral. Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kondisi tubuh dan menunjang pertumbuhan ikan. Sementara itu, mineral berfungsi sebagai pembentuk struktur tubuh dan komponen penting dalam aktivator enzim.
Contoh-contoh bahan baku lokal yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan formulasi pakan adalah tepung ikan lokal, tepung kepala udang, ampas tahu, minyak ikan lokal, tepung magot, dan keong sawah. Tepung magot merupakan salah satu bahan baku pakan yang dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir penggunaan tepung ikan dikarenakan tepung magot mengandung asam lemak linoleat yang berfungsi untuk metabolik dan komponen dalam membran sel. Selain itu, ampas tahu yang merupakan hasil sampingan dari produk limbah tahu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan dikarenakan mengandung protein yang mecapai 20% dan serat yang tinggi[2].
Lebih lanjut, penggantian tepung ikan impor juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan ikan layang dikarenakan kandungan protein yang tidak kalah dengan tepung ikan impor. Ikan layang sebaiknya diolah menjadi tepung ikan untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai tambahnya. Tepung ikan layang mengandung nutrisi protein 63,75%, lemak 6,93%, kadar air 9,69%, kadar abu 9,87%, dan BETN 5,23%[3].
Berdasarkan pemaparan di atas, pemanfaatan bahan baku lokal ini diharapkan dapat digunakan untuk mengurangi biaya yang berasal dari pakan dan menghasilkan kualitas pakan yang tidak kalah dengan bahan baku impor sehingga dapat meningkatkan produksi ikan. Sebagai tambahan, pakan ikan yang dibuat harus disesuaikan dengan bukaan mulut ikan karena semakin kecil bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang digunakan.
Referensi:
[1] Melati, I., Azwar, ZI., dan Mulyasari. 2018. Pemanfaatan Bahan Nabati Terfermentasi Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan. Prosiding Seminar Nasional Ikan. 299-305 (Lihat)