Ikan Batak: Spesies Ikan Endemik dari Danau Toba

Ikan batak (Tor soro) merupakan ikan endemik di Danau Toba yang populer dan telah lama dikenal masyarakat Batak di Sumatera Utara. Masyarakat Sumatera Utara khususnya suku Batak menyebut ikan ini dengan nama "Ihan". Ikan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi karena adanya nilai religius tersendiri yang dipakai dalam upacara adat. Pada zaman dahulu ikan ini adalah santapan bagi mereka yang berasal dari keluarga kerajaan[1]. Populasi ikan batak saat ini disinyalir mulai langka dan  menunjukkan penurunan drastis akibat adanya eksploitasi penangkapan dan kerusakan lingkungan tempat ikan berkembang biak. Oleh karena itu, saat ini sangat sulit untuk menemukan ikan batak di danau toba. 

Akibat adanya berbagai gangguan yang di alami di perairan danau toba, ikan batak bermigrasi ke aliran aliran sungai deras yang umumya merupakan sungai yang masih dalam kategori sehat. Hal ini terjadi karena ikan ini dalam kategori ikan dengan penyesuaian khusus. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Kottelat menyebutkan bahwa ikan batak termasuk sub famili Cyprininae, Famili Cyprinidae, dan Ordo Cypriniformes. Ikan batak mengkonsumsi biji-bijian, siput, dan serangga sehingga digolongkan sebagai omnivora[2].

Sekitar tahun 1980-an, ikan batak masih mudah ditemukan baik di habitatnya maupun diperdagangan di pasar tradisional. Dahulu, penangkapan ikan batak di Danau Toba biasanya dilakukan para nelayan dengan menggunakan jebakan berupa susunan batu di tepi danau sehingga ikan batak masuk dengan tenang. Kemudian, setelah ikan batak masuk, pintu jebakan ditutup lalu dilakukan penangkapan. Cara penangkapan ini dapat mempertahankan populasi ikan batak dan termasuk dalam metode penangkapan yang aman. Namun, seiring berkembangnya jaman dan permintaan pasar yang tinggi, berbagai metode penangkapan seperti penyetruman menggunakan listrik hingga ke lokasi pemijahannya. Saat ini status tangkapan ikan batak tertangkap tidak sengaja dan ukuran yang tertangkap sangat berbeda dengan ukuran ikan yang semestinya.

Pemerintah daerah terus mengupayakan mempertahankan dan pengembangan ikan batak melalui program domestikasi. Upaya ini didahului dengan pengumpulan informasi atau data dasar genetik dari ras-ras ikan batak yang ada di perairan alam. Tahapan ini merupakan syarat awal dalam menentukan variasi genetik atau kekerabatan yang dimiliki. Pengembangan usaha ke arah budi daya ikan batak sangat diminati masyarakat, namun penyediaan benih masih jadi kendala. Oleh karena itu, untuk mendukung kegiatan budi daya perlu dikaji kemungkinan pengembangan teknologi budidaya yang meliputi teknik pematangan induk, pemijahan, pemeliharaan larva, dan benih.

Referensi:

[1] Kristanto, A. H., Asih, S., & Winarlin, W. 2016. Karakterisasi Reproduksi dan Morfometrik Ikan Batak dari Dua Lokasi (Sumatera Utara dan Jawa Barat. Jurnal Riset Akuakultur, 2(1), 59-65 (Lihat)

[2] Asih, S., Nugroho, E., Kristanto, A. H., & Mulyasari, M. 2016. Penentuan Variasi Genetik Ikan Batak (Tor Soro) Dari Sumatera Utara dan Jawa Barat Dengan Metode Analisis Random Amplified Polymorphism Dna (RAPD). Jurnal Riset Akuakultur, 3(1), 91-97 (Lihat)