Angon: Digunakan di Negara Maju, Ditinggalkan di Dalam Negeri


1. Definisi Angon
Angon menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sebuah kata kerja yang berarti menggembala. Kata "Angon" mempunyai keterkaitan dengan kata lain seperti Angonan (binatang yang diangon atau digembalakan), Pangonan (tempat menggembala), dan Pengangon (orang yang yang pekerjaanya menggembala ternak; gembala; tukang angon)[1]. Selain itu, angon juga terkait dengan sistem pemeliharaan ternak yang dilakukan secara semi intensif dan ekstensif. 

Terdapat tiga sistem pemeliharaan ternak yaitu intensif, ekstensif, dan kombinasi keduanya (semi intensif).  Pada sistem pemeliharaan ekstensif, ternak dilepas secara bebas dan meruput tumbuhan yang ada di alam. Pada sistem ini ternak dilepas dengan komposisi jantan dan beberapa betina dalam satu populasi. Untuk sistem intensif, ternak dipelihara dalam kandang yang dibuat khusus. Pada pemeliharaan intensif, pemberian pakan hijauan dilakukan dengan cut and carry. Sedangkan sistem pemeliharaan semi intensif merupakan gabungan cara pemeliharaan ekstensif dan intensif yang masih memerlukan campur tangan manusia. Sistem pemeliharaan ekstensif dan semi intensif seringkali digunakan apabila pemeliharaan ternak dilakukan dengan basis integrasi dengan tanaman lain seperti kelapa sawit atau mempunyai lahan penggembalaan yang luas[2].

Dalam istilah internasional, angon mempunyai kesamaan arti dengan grazing yang menjadi bagian dari pengelolaan penggembalaan dengan melakukan perpindahan hewan yang digembala secara berurutan di sejumlah padang penggembalaan dengan periode yang ditentukan secara berulang[3]. Sasaran dari grazing adalah untuk memasok kuantitas dan kualitas hijauan yang dibutuhkan oleh hewan gembala guna mencapai fungsi produksi yang dituju[4]. Selain itu, tujuan grazing yaitu untuk meningkatkan produksi ternak dan hijauan dengan meningkatkan sumber hijauan yang tersedia, efisiensi panennya, dan menyediakan lebih banyak pilihan dalam mengatur frekuensi pemotongan tanaman pakan. Pemotongan bisa karena manusia atau langsung oleh mulut hewan ternak ya slurr.

2. Sejarah Angon
Prinsip rotasi pada sistem penggembalaan (angon) dikembangkan di Inggris pada akhir tahun 1700an. Rotasi yang berkelanjutan, perpindahan yang tidak sistematis, sistem penggembalaan khusus, dan perpindahan melalui beberapa padang penggembalaan dengan rotasi yang ditentukan, dimulai di Amerika pada awal abad ke-20 dengan tujuan untuk melakukan pemulihan lahan gundul[5]. Banyak dari lahan penggembalaan (pangonan) yang mencapai puncak degradasi pada akhir tahun 1800an sebagai akibat dari penggembalaan yang berlebihan (heavy grazing) dimana jumlah domba mengalami kenaikan yang sangat drastis selama masa itu. Meskipun konservasi pangonan telah menjadi perhatian di beberapa area di Amerika, hal ini selanjutnya menjadi perhatian nasional diawal abad ke-20 karena pengetahuan mengenai sumber daya pangonan mulai dipahami[6].

Percobaan angon yang pertama tercatat di benua amerika dilakukan pada tahun 1913 oleh Pakde Arthur Sampson, tepatnya di timur laut Oregon. Pakde Sampson membagi pangonan menjadi 2 bagian dimana tiap unit digunakan untuk angon secara bergantian. Pakde Simpson menyimpulkan bahwa sistem angon sperti ini dapat mengembalikan pangonan yang telah habis termakan. Pakde Simpson dan perintis manajemen jarak angon lainya mulai memikirkan hal yang dapat mengarah pada penerapan sistem angon yang dirancang untuk dapat meningkatkan kinerja dan produksi ternak tanpa melakukan merusak pangonan.

Sistem angon telah berkembang dari awal 1900an sampai hari ini dimana banyak pengangon yang mengembangkan pengaturan angon. Banyak ilmuan telah memberikan banyak data mengenai kegagalan dan keberhasilan sistem angon di banyak wilayah ekologis berbeda[7]. Akibatnya, beberapa jenis dan variasi sistem angon telah berevolusi. Beberapa sistem angon yang umum diterapkan yaitu sebagai berikut:
a. Rotation Grazing
Rotation grazing adalah sistem angon yang dibatasi oleh pagar yang membentuk paddock (petakan), sehingga ternak bisa dibatasi area merumputnya. Angon ini dilakukan berputar dari satu petak ke petak yang lain dan kembali ke petak awal, begitu seterusnya. Petak yang ditinggalkan dibiarkan istirahat sampai rumputnya tumbuh kembali dan layak untuk dilakukan angon.

b. Strip Grazing
Strip Grazing adalah sistem angon berjalur yang dilakukan bergilir dengan menggunakan pagar listrik yang dapat dipindah-pindah melintasi petak pada pangonan.

c. Mob Grazing
Mob Grazing adalah sistem angon ternak dalam jumlah besar yang diizinkan seluruh rumput untuk dimakan. Hal ini sering dilakukan untuk membersihkan pangonan dari tanaman yang sudah tua.

d. Mixed Grazing
Mixed Grazing adalah sistem angon dimana ternak pada saat bersamaan diangon lebih dari satu spesies ternak. Misalnya sapi dengan domba bisa diangon bersama karena memilih pakan yang berbeda. Domba cenderung cenderung memilih hijauan yang pendek sedangkan sapi cenderung menyukai hijauan yang agak tinggi. Sedangkan kuda dengan domba tidak cocok digembalakan bersama karena memilih hijauan yang sama pendek.

e. Forward Grazing
Forward Grazing memiliki kemiripan dengan rotation grazing. Pada forward grazing ada dua kawanan ternak yang digembalakan, yang pertama digembalakan pada vegetasi rumput yang berkualitas tinggi, setelah itu diikuti kawanan kedua. Misalnya ternak yang membutuhkan nutrisi yang tinggi seperti sapi laktasi dan anaknya dijadikan kawanan pertama, baru diikuti yang pejantan atau ternak dara.

f. Season-Long Grazing
Sistem angon ini adalah sistem angon dimana sejumlah ternak diangon selama HPT (Hijauan Pakan Ternak) masih mendukung[8].

3. Hewan-hewan Ternak yang di Angon
Umumnya ada tiga jenis atau tipe hewan ternak yang diangon yaitu sapi, kuda, dan domba. Kambing tidak termasuk ya slurr karena kambing sejatinya makanya daun-daunan muda bukan rerumputan tapi kadang rumput juga doyan. Kambing memang seleranya daun muda hehehe. Yuk kita bahas satu-satu:
a. Sapi
Sapi lebih memilih untuk makan rumput dan menggunakan lidahnya untuk menarik dan mengoyak tanaman dengan tinggi minimal 5-6 cm. Sapi umumnya lebih baik dari kambing untuk menciptakan dan mengelola pangonan yang beragam secara struktural. Sapi membutuhkan lebih banyak air dari pada domba jadi akses ke palung harus selalu terpenuhi setiap saat. Lokasi palung air dan mineral block dapat digunakan untuk mempengaruhi lokasi pangonan. Ternak sapi mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk mengurangi beberapa spesies tanaman pengganggu yang ada di pangonan

b. Kuda
Kuda memiliki gigi yang menghadap kedepan yang memungkinkanya untuk merumput dengan jarak sangat dekat dengan permukaan tanah, mirip-mirip sama kelinci lah. Seperti halnya ternak lainya, terdapat perbedaan perilaku dan penggembalaan diantara jenis-jenis kuda. Kuda breed asli seperti Exmoor, Dartmoor, dan New Forest dianggap lebih cocok untuk padang rumput (pangonan) yang kasar dan kuat. Mereka juga memiliki kemamampuan bertahan di cuaca yang kurang baik karena mereka sering dipelihara di luar tanpa pernah dibawa ke kandang.

c. Domba
Domba punya mulut yang tipis dan licah serta dapat bergerak perlahan ketika menggigit rumput. Mereka makan secara selektif dengan menggigit daun tunggal pada ketinggian 3 cm. Perlu dicatat bahwa domba hanya punya gigi dewasa yang berkembang setelah 3-4 tahun yang akan hilang perlahan karena usianya. Oleh karena itu domba muda dan dewasa mungkin tidak seefektif domba remaja saat merumput.

d. Kambing
Pada dasarnya kambing adalah peramban. Mereka mencari dan mengonsumsi tanaman berkayu. Namun mereka juga dapat memakan rumput pada semak belukar dan rumput berumbai dengan ketinggian sekitar 6 cm. Seperti domba, kambing hanya punya gigi dewasa yang berkembang usia 5 tahun dan akan kehilangan gigi tersebut diusia yang lebih tua.

Semua hewan yang diangon perlu:
  • Air - yang disediakan melalui palung, saluran buatan, atau alami
  • Tempat berteduh - diperlukan untuk memberi naungan saat menghadapi cuaca di musim panas. Harus ada pohon, semak-semak, atau sejenisnya
  • Pagar - Pagar yang sesuai yang dipelihara dan dirawat dengan baik
  • Perhatian - ternak yang diangon haris diperiksa pada interval waktu yang sesuai, mungkin setiap hari
  • Perawatan - kunjungan dokter hewan mungkin diperlukan secara berkala[9].
4. Manfaat Angon Terhadap Konservasi Lahan dan Tumbuhan Liar
Hewan ternak melakukan dua hal ketika diangon di pangonan, mereka memakan dan menghilangkan vegetasi yang memungkinkan tanaman dengan daya kompetitif rendah, seperti bunga liar, tumbuh di samping tanaman yang lebih kompetitif. Kebanyakan jenis rumput adalah kompetitor. Jadi, tanpa adanya angonan maka kompetitor tersebut akan menjadi semak dan tumbuh tinggi, menutupi bunga liar dan menghalangi bunga tersebut memanfaatkan sinar matahari untuk fotosintesis. Hal ini membuat tanaman tersebut tidak dapat memproduksi makananya dan akhirnya mati.

Hal kedua yang dilakukan ternak saat diangon yaitu menghilangkan rumput dan daun mati atau biasa disebut sebagai jerami (damen), yang terjebak diantara rumput dan bunga yang menutupi tanah, dengan memakannya. Selain itu, sembari merumput, ternak juga menginjak-injak tanah dan membuat petak-petak tanah kosong diantara rerumputan. Petak tanah kosong ini dapat diisi oleh biji bunga dan rumput liar yang kemudian dapat berkecambah dan membangun perakaranya untuk tumbuh. Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Kansas Flint Hills melaporkan bahwa terjadi peningkatan komposisi spesies padang rumput yang dilakukan penggembalaan dengan sapi jantan berumur satu tahun.

Lebih lanjut, selama masa angon, ternak memakan rumput dan membuang kotoranya di pangonan. Kotoran ternak yang kaya akan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)[10]. Beberapa manfaat kotoran sapi pada pangonan yaitu meningkatkan jumlah mikroba dan aktivitas organisme di dalam tanah yang mengakibatkan tanah menjadi gembur, menjaga pH tanah, membantu proses respirasi dan fotosintesis tanaman, serta merangsang perkembangan akar tanaman sehingga lebih tahan kekeringan[11].

5. Angon di Masa Sekarang
Di Indonesia, di wilayah seperti Jawa dan Sumatera sistem pemeliharaan ternaknya mayoritas dilakukan secara intensif. Sistem angon hanya ditemukan di wilayah timur Indonesia dimana terdapat areal pangonan (padang rumput) alami yang luas[12]. Areal pangonan seperti ini mempunyai kapasitas tampung yang rendah. Luas pangonan saat ini semakin berkurang karena banyaknya alih fungsi lahan untuk kepentingan lain misalnya perkebunan, perumahan, dan pertambangan[13].  Sebagian besar pangonan merupakan padang penggembalaan komunal (NTT, NTB, Sulawesi, Sumatra, dan Papua) yang kepilikan lahanya tidak jelas. Kemungkinan besar adalah lahan negara atau di klaim sebagai lahan adat. Dibeberapa tempat, ternak dilepas untuk merumput ditepi jalan, halaman rumah atau tanah kosong di sekitar desa. Hal ini berakibat pada ketidakpastian pemeliharaan lahan pangonan yang diharapkan memiliki kapasitas tampung dan kualitas hijauan yang dapat meningkatkan produksi ternak.

Di negara lain dengan peternakan yang maju seperti Australia khususnya bagian Utara dan beberapa bagian lain, angon merupakan prinsip utama yang tetap dipertahankan pada pemeliharaan sapi pedaging[14]. Pangonan memiliki status kepemilikan yang jelas, bahkan sistem angon memiliki perhitungan yang akurat mengenai perpindahan ternak di setiap petakan hingga kembali lagi pada petakan awal, jenis rumput yang digunakan, dan kesesuaian dengan ternak yang dipelihara.

Referensi:
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia (View)
[2] Repository Pertanian (View)
[3] Digital Commons University of Nebraska (View)
[4] Sciencedirect (View)
[5] Briske DD, Derner JD, Brown JR, Fuhlendorf SD, Teague 
WR, Havstad KM, Gillen RL, Ash AJ, and Willms WD. 2008. Rotational Grazing on Rangelands: Reconciliation of Perception and Experimental Evidence, Rangeland Ecology, and Management. 61:3 - 17
[6] Holechek JL, Pieper RD, Herbel CH. 2004. Range Management Principles and Practices. 5th edition. Prentice Hall. Upper Saddle River, New Jersey
[7] Sampson AW. 1951. A Symposium on Rotation Grazing in North America. Journal of Range Management. 4:19 - 24.
[8] Disnak Lebak (View)
[9] Magnificentmeadows.org.uk (View)
[10] eJournal Unsrat (View)
[11] Cybex Pertanian (View)
[12] Repository Unhas (View)
[13] Ditjen PKH (View)
[14] CSIRO Publishing (View)